Selasa, 28 Mei 2019

Kabupaten Lebak Mendapat Apresiasi dalam Pelaksanaan FMSRB Tahun 2019

 
Foto Bersama sesaat sebelum kegiatan Workshop Monitoring & Evaluasi CS-05 dan Konsolidasi Final AWP 2019 ditutup.

BogorDirektorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian melaksanakan kegiatan Monitoring and Evaluation System Presentation/Workshop pada kelompok penerima On-Granting yang bertempat di Royal Hotel Bogor dan berlangsung selama dua hari dari 23-24 Mei 2019. Kegiatan tersebut dilaksanakan sehubungan adanya kegiatan Komponen 2A – Farmland Management and Sustainable Agriculture Practices atau disingkat FMSAP. Selain itu, juga dilakukan Konsolidasi Final AWP 2019 untuk program Flood Management in Selected River Basins (FMSRB).

Program FMSRB sebetulnya dilaksanakan dalam rangka untuk mengurangi dampak banjir di daerah. Tujuan umum FMSRB – FMSAP diantaranya memperbaiki kondisi lahan pertanian di daerah aliran sungai (DAS), mengurangi limpasan air (run-off) melalui konservasi tanah dan air, dan meningkatkan pendapatan petani dalam pengelolaan DAS melalui wanatani (agroforestry). Adapun 6 (enam) kegiatan utama FMSRB – FMSAP yaitu CPCL sesuai kriteria dan penguatan kelompok tani, konservasi lahan kritis, optimasi lahan, penanaman pohon multi guna, pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi, serta operasi dan pemeliharaan (O-M) yang benar melalui SOP yang efektif. Program yang dilaksanakan selama 4 (empat) tahun ini terhitung dari 2018 sampai 2021, salah satunya berlokasi di Banten khususnya WS Ciujung. 

Pada program ini diberlakukan mekanisme On-Granting atau biasa dikenal Sistem Rembes, yang berarti pemerintah daerah (pemda) masing-masing menalangi terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan melalui APBD-nya, baru nantinya dilakukan reimbursement. Adapun Kabupaten Lebak, sebagai salah satu penerima program FMSRB telah memperoleh reimbursement pada kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan. Hal tersebut mengundang pujian dan apresiasi dari Team Leader Konsultan CS-05 selaku mitra kerja dari CPIU Pertanian. “Dibandingkan Kabupaten Serang maupun Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak secara keseluruhan sudah baik, seperti seluruh harga sudah sesuai dengan AWP yang disusun, hanya jumlah bibit saja yang kurang cocok, namun masih lebih baik dari yang lain. Hal tersebut salah satunya berkat pengalaman di tahun 2018.” kata Samsul Hadi.

Keberhasilan yang telah dicapai oleh Kabupaten Lebak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pada program FMSRB ini, salah satunya berkat koordinasi yang baik antara OPD-OPD terkait seperti Bappeda, BPKAD dan Dinas Pertanian. Kepala Seksi Sarana Produksi Pertanian dan Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Nana Mulyana, menuturkan bahwa yang tak kalah penting, keberhasilan tersebut berkat dukungan langsung dan pesan dari Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya, bahwa dalam setiap program dan kegiatan yang dijalankan harus sesuai dengan aturan dan ketetapan yang berlaku agar hasil yang dicapai akan baik. “Meskipun Kabupaten Lebak dalam setiap paparan selalu nomor tiga atau yang terakhir setelah Serang dan Pandeglang, tetapi urusan kinerja dan hasil selalu nomor satu.” sambung Nana.

Sebelum kegiatan ditutup, para undangan khususnya penerima On-Granting mendapat kepastian bahwa reimbursement akan dilakukan setelah lebaran. Namun dengan catatan, bahwa tahapan reimbursement yang berjumlah lima tahap dapat dilakukan dengan baik oleh pemda masing-masing. Selain itu, terdapat masukan terkait reimbursement dari perwakilan BPKAD Kabupaten Lebak, Agung Budi Santoso, agar dibuat SOP tentang reimbursement untuk mempermudah para penerima On-Granting saat ingin melakukan reimbursement.

Selasa, 21 Mei 2019

Festival Seni Multatuli 2019 Akan Digelar Seminggu Penuh


Kepala Museum Multatuli, Ubaidilah Muchtar, saat sedang menjabarkan konsep acara FSM 2019.

LebakPemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lebak melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan kembali menggelar Festival Seni Multatuli (FSM) pada tahun ini, yang berlangsung selama satu minggu dimulai dari tanggal 9-15 September 2019. Rapat persiapan FSM 2019 ini turut dihadiri oleh Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya, yang berlangsung di Aula Terbatas, Sekretariat Daerah (21/5).

Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui platform Indonesiana, FSM merupakan ikhtiar yang digagas oleh Pemda Kabupaten Lebak dalam rangka membuka ruang interaksi kreatif antarbudaya. FSM pada tahun ini akan mengangkat tema “Kopi dan Seni”. Yang mana terdapat beberapa rangkaian acara, diawali Pembukaan dan Konser Akustik dengan pengisi acara KPJ Rangkasbitung feat Fourtwnty, lalu kemudian ditutup dengan acara Karnaval Menyusuri Jejak Multatuli dan Konser Musik Tradisi. “Pada tahun ini, lokasi tiap-tiap acara akan diperlebar dari FSM sebelumnya.” tutur Ubai, selaku Kepala Museum Multatuli.

Dalam rapat persiapan ini, salah satu agenda pembahasan ialah mengevaluasi FSM tahun sebelumnya. Salah satu masukan yang penting yaitu ditambahkannya unsur kemajuan budaya dalam fokus program pemerintah. Sebab FSM yang menjadi event tahunan ini dapat membekas tidak hanya seremoninya akan tetapi lebih ke literasi transfer knowledge atau keilmuan terkait budaya yang dan seni yang akan di angkat dan ditampilkan. Selanjutnya membahas kegiatan tahun lalu, FSM yang dilaksanakan pada tahun 2018 berlangsung sukses dan mendapat predikat nilai baik sehingga diharapkan ke depannya, penyelenggaraan acara ini bisa mandiri tanpa bantuan langsung dari pihak Indonesiana. Bahkan Koordinator Kurator Festival Indonesiana, Heru Hikayat, menambahkan bahwa FSM ini bisa menjadi role model untuk kabupaten lainnya. Oleh karena itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Wawan Ruswandi, meminta seluruh unsur terkait senantiasa membantu suksesnya acara FSM pada tahun ini. 

Menurut Bupati Lebak, dengan diadakanya FSM ini sebagai bentuk keseriusan Pemda Kabupaten Lebak dalam mewujudkan visinya yaitu menjadikan Kabupaten Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis potensi lokal. “Ini festival yang ditunggu-tunggu oleh komunitas-komunitas seni budaya dan Alhamdulillah semoga kita dapat memberikan ruang kepada para penggiat seni dan budaya,” kata Iti, dikutip dari Banten News. Beberapa pertunjukkan seni budaya seperti Pesta Patok, Karnaval Kerbau, Festival Kesenian Tradisi, dan Pameran Seni Rupa serta kreasi seni musik dari komunitas-komunitas di Kabupaten Lebak turut disajikan dalam FSM tahun ini.

Puluhan Pegawai Bappeda Lebak Antusias Ikuti Nobar Film AMBU


Foto Bersama Sebelum Nonton Bareng Film AMBU di 21 Lippo Karawaci, Jumat (17/5)

Tangerang – Puluhan pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak antusias mengikuti nonton bareng (nobar) film AMBU sekaligus buka puasa bersama di Supermall Lippo Karawaci, Kabupaten Tangerang, Jumat (17/05). Nobar ini juga dihadiri oleh Kepala Bappeda, Hj, Virgojanti, dan juga Sekretaris Daerah, Dede Jaelani.

Film AMBU merupakan film dengan latar belakang budaya suku Baduy yang begitu kuat dan tak jarang keindahan alam Baduy pun ikut disajikan. Ada beberapa adegan yang mengambil latar di objek wisata potensial yang dimiliki Kabupaten Lebak, diantaranya Wisata Budaya Baduy itu sendiri dan juga Pantai Sawarna serta Alun-Alun Rangkasbitung. Bahkan Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya, ikut ambil peran dalam film tersebut meskipun hanya beberapa menit saja. 

Melalui film AMBU ini tentu diharapkan masyarakat Indonesia lebih mengenal suku Baduy, suku dari Indonesia yang hidup secara tradisional dan menyatu dengan alam. Pada tahun 2017, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Suku Baduy menjadi warisan budaya tak benda yang diakui oleh negara. “Wisata Baduy bukan hanya aset budaya Indonesia, tapi juga aset internasional. Warga Baduy terus memegang teguh prinsip adat budayanya untuk melestarikan alam dan mematuhi aturan.” tutur Bupati Lebak saat menghadiri jumpa pers film AMBU, dikutip dari Warta Kota.

Seusai film diputar, tak sedikit yang tersedu-sedu sambil mengeluarkan air mata saat menonton film ini terutama kaum wanita. Hal tersebut tak dipungkiri, sebab film ini mengangkat konflik keluarga khususnya sosok seorang Ambu atau Ibu yang membuat penonton terbawa suasana. Namun, suasana haru tersebut setelah menonton film berubah menjadi canda tawa sesaat adzan Maghrib berkumandang. Momen buka puasa bersama kali ini terasa hangat, setidaknya hal tersebut bisa memupuk kebersamaan dan menjalin kekompakan antar pegawai sehingga semakin meningkatkan produktivitas kerja Bappeda Kabupaten Lebak.

Senin, 20 Mei 2019

Wisata Budaya Baduy, Eksistensi Kampung Adat Tradisional di Zaman Modern

Keunikan Wisata Budaya Baduy, Foto: Septian Deni Saputro

Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya dan juga suku bangsanya. Salah satu suku yang dimiliki Indonesia dengan keunikannya hingga dikenal dunia yaitu Suku Baduy. Suku Baduy adalah salah satu suku yang masih menjaga tradisi dari nenek moyang sehingga sampai saat ini masih hidup secara tradisional dan bersahabat dengan alam. Dengan keunikannya tersebut, potensi untuk menarik wisatawan nusantara bahkan mancenagara telah dioptimalkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak sebagai salah satu Six Fantastix atau Destinasi Wisata Unggulan Kabupaten Lebak.

Wisata Budaya Baduy terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Jarak menuju destinasi wisata tersebut dari Rangkasbitung sekitar 40 km atau kurang lebih 1 (satu) jam bila menggunakan kendaraan pribadi. Kondisi jalan menuju destinasi wisata tersebut terbilang sudah sangat baik sehingga dapat dikatakan mudah diakses. Transportasi umum pun tersedia bilamana wisatawan tidak membawa kendaraan pribadi dan langsung berhenti di pemberhentian akhir yaitu Terminal Ciboleger.

Suku Baduy terdiri dari 2 (dua) macam yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar, yang mana cara membedakannya terlihat dari penampilannya. Secara penampilan, suku Baduy dalam memakai baju dan ikat kepala serba putih. Sedangkan suku Baduy luar memakai pakaian hitam dan ikat kepala berwarna biru. Wisata Budaya Baduy menawarkan keasrian alam yang masih terjaga dan bisa mengenal lebih jauh tentang suku Baduy yang masih sangat tradisional. Suku Baduy hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Oleh karena itu, pada tahun 2017, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Suku Baduy menjadi warisan budaya tak benda yang diakui oleh negara.

Untuk mengenal lebih jauh tentang Wisata Budaya Baduy dapat langsung berkunjung kesana atau bisa juga dengan menonton film Ambu yang sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia terhitung bulan Mei, 2019. Film ini mengangkat tentang konflik keluarga dari tanah Baduy dengan latar belakang budaya yang begitu kuat. Dari keseluruhan film, mayoritas jalan cerita mengambil latar di Suku Baduy sehingga secara tidak langsung kita akan mengetahui bagaimana budaya dan tradisi di Suku Baduy hingga suasananya yang masih tradisional serta tak jarang eksotisme alamnya membuat penonton berdecak kagum. Melihat eksistensi kampung adat di tengah derasnya arus globalisasi saat ini, sebagai warga negara Indonesia (WNI) patut berbangga dan bersemangat memperkenalkan warisan budaya bangsa ini hingga berkomitmen untuk mejaga kelestariannya.

Selasa, 14 Mei 2019

Pantai Sawarna, Surga Tersembunyi di Banten Selatan


Pesona Pantai Sawarna Tampak Atas, Foto: Septian Deni Saputro

Lebak adalah sebuah kabupaten yang memiliki banyak keindahan alam yang luar biasa dan berpotensi untuk dijadikan sebagai destinasi wisata. Khususnya di wilayah selatan, banyak sekali pantai-pantai nan indah yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi tujuan berlibur. Dari sekian banyak pantai yang ada, terdapat salah satu pantai yang memiliki keindahan luar biasa yaitu Pantai Sawarna. Apalagi dengan gencarnya pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan, semakin meningkatkan aksesibilitas menuju destinasi-destinasi wisata yang ada, salah satunya Pantai Sawarna itu sendiri. 

Pantai Sawarna merupakan salah satu dari 174 destinasi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Lebak. Wisata alam ini masuk dalam destinasi unggulan atau six fantastix yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Lebak. Bahkan pantai yang berada di selatan Banten ini menjadi objek wisata potensial yang akan didorong menjadi unggulan nasional bersama dengan wisata budaya Baduy. Hal ini didasarkan pada objek wisata di Kabupaten Lebak yang memiliki pengunjung terbanyak tiap tahunnya yaitu Pantai Sawarna dengan jumlah 296.631 jiwa pada tahun 2017 (BPS Kabupaten Lebak, 2018).

Berdasarkan visi misi Bupati Lebak yang tertuang dalam RPJMD Tahun 2019-2024, Lebak Sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional Berbasis Potensi Lokal. Maka bukan tidak mungkin, Pantai Sawarna yang sudah sebegitu indah akan sangat lebih indah lagi dan layak dikunjungi dari yang ada saat ini. Dapat terlihat berbagai prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata sudah mulai berdiri kokoh dan bisa digunakan oleh para pengunjung. Mulai dari akses menuju Pantai Sawarna hingga di dalam Pantai Sawarna itu sendiri. Meskipun memang belum menyeluruh, namun sudah terlihat bentuk keseriusan pemerintah dalam membenahi Pantai Sawarna menjadi destinasi wisata yang aman, nyaman, dan berdaya saing serta layak dikunjungi.

Meskipun memang masih perlu beberapa hal yang harus dibenahi dalam konsep besar pengembangan pariwisata Pantai Sawarna. Salah satunya penyediaan angkutan jalan sembari menerapkan konsep park and ride berpeluang untuk diterapkan, melihat kondisi geografis dan kondisi saat ini. Pembangunan sarana prasarana dasar maupun pariwisata juga harus segera dikebut agar segala kebutuhan pengunjung dapat terakomodir. Tak lupa juga peningkatan kualitas sumber daya manusia baik dari sektor usaha maupun keterlibatan dalam pengelolaan wisatanya. Mau tidak mau, masyarakat harus siap menjadi masyarakat sadar wisata yang bisa menerapkan sapta pesona agar para pengunjung merasa aman dan nyaman serta indeks kepuasan terhadap pengunjung nantinya mendapatkan nilai yang baik. Hal tersebut jika telah terealisasi, bukan tidak mungkin pembangunan ekonomi daerah dapat terwujud dan juga berimplikasi terhadap kesejahteraan masyarakat.

Jumat, 10 Mei 2019

Uji Publik RPJMD Lebak, Anggota Pansus Menyoroti Beberapa Hal Terkait Pariwisata

Ketua Pansus Raperda RPJMD, H. Oong Syahroni, membuka Uji Publik Raperda RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2019-2024, Jumat (10/5), di Aula DPRD Kabupaten Lebak

LebakPemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lebak menggelar uji publik Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau disingkat RPJMD Tahun 2019-2024 di Aula DPRD Kabupaten Lebak, Jumat (10/5).

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Virgojanti, selaku narasumber memaparkan beberapa capaian kerja dan kinerja dari RPJMD sebelumnya. Selanjutnya juga dijelaskan mengenai beberapa isu permasalahan dalam setiap urusan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai pada RPJMD tahun 2019-2024. Pada intinya dalam RPJMD tahun 2019-2024 ini, yang merupakan penyelarasan pembangunan nasional dengan visi dan misi kepala daerah terpilih yaitu Hj. Iti Octavia Jayabaya dan Ade Sumardi yang akan berfokus kepada sektor pariwisata. “Dari pariwisata diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.” tutur Virgojanti.

Pada sesi tanya jawab, beberapa anggota Panitia Khusus (Pansus) Raperda RPJMD menyoroti beberapa hal terkait pariwisata yang akan dijadikan fokus utama dalam pelaksanaan RPJMD tahun 2019-2024. Sorotan pertama hadir dari H. Encup Supriadi, yang membahas tentang lebih dikenalnya nama Rangkasbitung dibandingkan Lebak, hal ini sering terjadi pada trayek-trayek angkutan umum yang menggunakan nama Rangkasbitung dibanding Lebak. “Harapannya trayek angkutan umum yang ada diganti menggunakan nama Lebak bukan lagi Rangkasbitung, jika kita menginginkan Lebak dikenal secara nasional bahkan internasional.” pungkas Sekretaris Komisi IV ini. Tidak hanya itu, sorotan juga datang dari anggota Pansus lainnya yang berasal dari Komisi II, yang mana membahas betapa pentingnya pengoptimalan sumber daya air yang ada seperti DAM Karian. “DAM Karian jika telah beroperasi, harapannya dapat bermanfaat lebih besar bagi Kabupaten Lebak seperti dapat digunakan untuk perikanan, pariwisata maupun pengairan dibanding DKI Jakarta, Tangerang dan sekitarnya maupun daerah di Provinsi Banten lainnya yang mendapat pasokan air darisana.” kata H. Edi Yusuf. Dia juga menambahkan pariwisata yang berhasil jika pengunjung tidak pulang dan menghabiskan waktu yang cukup lama di Lebak sehingga uangnya juga banyak dikeluarkan di Lebak.

Dalam menanggapi sorotan yang ada, Kepala Bappeda menjelaskan secara gamblang. Seperti penamaan Lebak dalam trayek bahwa akan ada koordinasi lebih lanjut dengan Dinas Perhubungan (Dishub) untuk menyikapi hal tersebut. Sedangkan mengenai DAM Karian, sudah ada landscape dari nasional tentang kawasan sekitar DAM Karian. Pada dasarnya untuk aktivitas perikanan tidak bisa dilakukan di tubuh bendung. Dia juga menambahkan bahwa pariwisata akan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Lebak bukan tanpa alasan karena destinasi wisata yang dimiliki sangat beragam jenisnya dan terbilang cukup lengkap.


Setelah ini, akan dilakukan rapat paripurna untuk mengesahkan Perda RPJMD tahun 2019-2024 pada hari Senin (13/5). “Pelaksanaan dan kontrol terhadap RPJMD tahun 2019-2024 bukan hanya tanggung jawab eksekutif maupun legislatif melainkan tanggung jawab semua, karena Lebak milik semua.” tutup H. Oong Syahroni selaku Ketua Pansus Raperda RPJMD. Tak lupa juga disampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses Raperda RPJMD ini agar Lebak bisa menjadi lebih baik lagi.

Selasa, 07 Mei 2019

Masa On Campus Usai, Para Peserta Latsar CPNS Lebak diharapkan Menjadi Agent of Change dan Birokrat Profesional



Pembukaan Pelatihan Dasar CPNS Tahun 2019, Selasa (2/4), di BPSDM Provinsi Banten, Pandeglang. Foto bersama angkatan 1 (satu) dari Kabupaten Lebak dengan Gubernur Banten, H. Wahidin Halim dan para pejabat BPSDM.

Pandeglang – Pelatihan Dasar atau disingkat Latsar CPNS tahun 2019 gelombang satu diikuti oleh lima angkatan sekaligus yang berasal dari Kabupaten Lebak, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, dan Kota Serang. Latsar CPNS tahun 2019 gelombang satu telah usai melewati tahap on campus selama 18 hari kerja, termasuk angkatan satu dari Kabupaten Lebak. Selanjutnya, keempat puluh orang tersebut memasuki tahap off campus atau habituasi selama satu bulan penuh untuk menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dan menerapkan aktualisasi yang telah mereka rancang.

Ada yang berbeda dari Latsar CPNS tahun 2019 ini dari metode-metode sebelumnya. Metode saat ini merupakan yang pertama kali diterapkan dengan mengikuti metode Diklat Pim seperti adanya masa on campus dan off campus. Salah satu panitia yang bertugas sebagai masterclass angkatan satu mengakui bahwa panitia saat ini masih meraba-raba metode yang tepat untuk Latsar CPNS ini seperti apa. “Ini merupakan pertama kalinya Latsar CPNS menggunakan metode baru, sehingga kami para panitia masih mencari bentuk yang pas untuk diterapkan selama masa on campus dan akan mengevaluasi setiap gelombang untuk menemukan bentuk yang tepat secara keseluruhan.” ungkap Wandi di Lapangan Apel Gedung BPSDM Provinsi Banten.

Selama masa on campus, para peserta Latsar lebih banyak menerima materi nilai dasar ASN yaitu ANEKA. Hal tersebut tentunya menjadi bekal bagi para CPNS untuk melaksanakan fungsinya sebagai ASN diantaranya pelaksana kebijakan, pelayan publik, perekat dan pemersatu bangsa. Dengan mampunya para CPNS menerapkan ANEKA dalam keseharian tugasnya, diharapkan masyarakat mampu terlayani dengan baik. Sesuai dengan harapan Bupati Lebak, Hj. Iti Ocatavia Jayabaya, yang dikutip dari Banten News saat pembagian SK CPNS, di Pendopo Kabupaten Lebak, Senin (18/3). “Sebagai orang-orang pilihan, keberadaan CPNS ini harus memberikan manfaat bagi masyarakat.” tutur Bupati.

Dari sekian banyak materi yang disampaikan oleh Widyaiswara, ada pesan dan harapan yang diamanahkan kepada para peserta Latsar CPNS tahun 2019. Salah satu Widyaiswara, Budi Restu Hudaya, berpesan kepada para peserta Latsar CPNS tahun 2019 angkatan satu sembari mengakhiri penyampaian materi. “Kalian semua setelah kembali ke instansi masing-masing, harus bisa menjadi Agent Of Change.” pungkas Budi. Tidak hanya pesan, tetapi sebuah harapan juga disampaikan oleh salah satu Widyaiswara, Bayu Nugroho, saat memberikan materi kepada angkatan satu. “Dengan sistem penerimaan yang sudah baik menggunakan CAT dan dengan mempertimbangkan persaingan global, diharapkan tahun 2025 para peserta Latsar CPNS tahun 2019 dapat berkontribusi mewujudkan pemerintahan kelas dunia dan menjadi birokrat yang profesional.” ujar Bayu.

Seba Baduy 2019, Gali Potensi Tradisi Hidupkan Gairah Wisata

Acara Inti Seba Baduy 2019, Sabtu (4/5), di Pendopo Bupati Lebak, Banten. Dialog budaya antara Baduy Dalam, Baduy Luar, dan para Panggede atau Pejabat Kabupaten Lebak.

Lebak – Seluruh rangkaian Seba Baduy 2019 telah selesai dilaksanakan dengan berbagai kegiatan seni budaya dan pameran yang menampilkan produk kreatif asli Lebak serta kegiatan meriah lainnya. Acara tersebut berlangsung selama tujuh hari terhitung dari tanggal 29 April hingga 5 Mei yang bertempat di sekitaran Alun-Alun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Acara yang masuk dalam 100 Calendar of Events 2019 Kementerian Pariwisata ini, berhasil menarik antusiasme masyarakat lokal hingga luar daerah, bahkan terdapat beberapa wisatawan mancanegara yang ikut memeriahkan acara ini khususnya saat prosesi utama upacara Seba Baduy pada hari Sabtu, 4 Mei 2019. Acara ini sendiri pertama kali diadakan pada tahun 2013.


Dalam Bahasa Baduy “Seba” berarti seserahan, sehingga makna dari Seba Baduy itu sendiri adalah ritual seserahan hasil bumi serta melaporkan berbagai kejadian yang telah berlangsung setahun terakhir di Suku Baduy kepada Ibu Gede dan Bapak Gede, yakni Bupati Lebak Iti Hj. Octavia Jayabaya dan Gubernur Banten H. Wahidin Halim. Inilah ungkapan rasa syukur masyarakat Baduy atas hasil panen yang telah mereka tuai dan keinginan untuk berbagi dengan sesama. Selain memberikan seserahan berupa hasil tani, dalam ritual ini juga terjadi dialog budaya antara masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar yang menitipkan pesan kepada para panggede atau pihak Pemerintah untuk menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan. Bupati Lebak dalam sambutan penerimaannya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Baduy yang tetap memegang teguh tradisi dalam menjaga dan melestarikan alam serta memohon dukungan dari masyarakat Baduy untuk bersama-sama membangun Kabupaten Lebak.

Acara Seba Baduy 2019 yang diikuti 1.035 jiwa warga Baduy, termasuk 13 jiwa warga Baduy Dalam ini merupakan salah satu dari sekian banyak event wisata di Kabupaten Lebak yang telah disiapkan guna mendukung visi misi Bupati Lebak yaitu Kabupaten Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis potensi lokal. Dikutip dari Banten News, Asisten Daerah (Asda) III Kabupaten Lebak, Dedi Lukman Indepur yang hadir mewakili Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya, dalam sambutannya saat membuka rangkaian acara Seba Baduy 2019, mengimbau kepada seluruh elemen pemerintah dan masyarakat agar mewacanakan acara Seba Baduy ini sebagai ikhtiar bersama untuk meningkatkan minat kunjungan wisatawan dalam menyaksikan acara adat masyarakat Baduy yang diadakan setahun sekali. 

Melihat antusiasme masyarakat terhadap salah satu event wisata ini, diharapkan dapat menular juga kepada wisata-wisata lainnya di Kabupaten Lebak. Hal tersebut tentunya akan berdampak terhadap pembangunan ekonomi daerah khususnya masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata tersebut. Penguatan sektor wisata ini juga dalam rangka peningkatan capaian kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lebak. Itu semua merupakan pekerjaan rumah bersama antara pemerintah dan juga masyarakat, seperti yang pernah diutarakan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak, Dede Jaelani, saat Konsultasi Publik yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak bahwa seluruh elemen masyarakat harus bekerja maksimal dan optimis bahwa pariwisata akan menjadi lokomotif pendongkrak sektor ekonomi di Kabupaten Lebak.