Kamis, 12 Desember 2019

Bappeda Lebak Tuntaskan Kajian Geoheritage Geopark Bayah Dome Bersama Puslit GKG Unpad

Kepala Puslit GKG Unpad, Prof. Ir. Mega Fatimah Rosana, M.Sc., Ph.D, sedang memaparkan hasil kajian timnya

RangkasbitungBadan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak menggelar rapat pembahasan draf laporan akhir Kajian Warisan Geologi (Geoheritage) Geopark Bayah Dome di Aula Bappeda Kabupaten Lebak, Selasa (10/12). Turut hadir Bupati Lebak, Hj. Iti Octavia Jayabaya, dan narasumber dari Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), DR. Ir. Sugeng Santoso, M.T, serta Prof. Ir. Mega Fatima Rosana, M.Sc., Ph.D selaku ketua Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi (Puslit GKG) Universitas Padjajaran.

Dalam kesempatan ini, Bupati Lebak menyampaikan bahwa tahun 2019 hingga 2024 merupakan arah baru bagi Kabupaten Lebak untuk menggali potensi pariwisata namun tidak merusak lingkungan. Salah satu perwujudan visi Bupati yaitu Lebak Sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional Berbasis Potensi Lokal melalui pengembangan Geopark Bayah Dome ini yang ditargetkan akan menjadi Geopark Nasional. “Dengan adanya pengembangan Geopark ini, diharapkan bisa memberdayakan masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat,” ungkap Iti.

Senada dengan Bupati Lebak, Ketua Puslit GKG dalam paparannya juga menjelaskan bahwa moto pengembangan Geopark yaitu Alamnya Lestari, Masyarakatnya Sejahtera. “Konsep pengembangan Geopark merupakan paradigma baru pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan yang tujuannya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan,” jelas Mega. Beliau menambahkan bahwa melalui pengembangan Geopark berarti pemerintah daerah sudah menjalankan 11 dari 17 program di dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Selanjutnya narasumber dari Kemenkomarves menerangkan bahwa dengan mengembangkan Geopark, maka akan dihasilkan rantai nilai dan nilai tambah. “Kebermanfaatan pengembangan Geopark untuk masyarakat Kabupaten Lebak dapat terlihat dari 2 (dua) perspektif outcome impact meliputi Geowisata dan Ekonomi Regional Berkelanjutan,” kata Sugeng.

Kepastian tema yang dipilih dalam pengembangan Geopark di Kabupaten Lebak yaitu Bayah Dome dan meliputi 12 kecamatan. Tahap selanjutnya akan diajukan pengusulan penetapan Geoheritage ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan juga penyusunan rencana induk Geopark.

Kamis, 05 Desember 2019

Pemkab Lebak Dorong Pengembangan Ekowisata di Empat Lanskap

Suasana Rapat Koordinasi Pengembangan Ekowisata di Aula Bappeda Kabupaten Lebak, Selasa (3/12)

Rangkasbitung – Lanskap Citorek, Guradog, Baduy, dan Cibarani akan didorong oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak untuk pengembangan Ekowisata. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Bupati yaitu Lebak Sebagai Destinasi Wisata Unggulan Nasional Berbasis Potensi Lokal. 

“Melalui rapat koordinasi ini, mari kita komunikasikan dan koordinasikan bersama demi mewujudkan visi Bupati Lebak. Apalagi berdasarkan arah kebijakan RPJMD Kabupaten Lebak Tahun 2019-2024, bahwa tahun ini merupakan landasan atau tahap penguatan komitmen untuk membangun kesepahaman dan konsepsi bagi seluruh stakeholder termasuk para pelaku pariwisata di Kabupaten Lebak,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lebak, Hj. Virgojanti, sembari membuka rapat di Aula Bappeda, Selasa (3/12).

Pada rapat ini, M. Nurdin Razak, selaku tenaga ahli Ekowisata dari Bappeda Kabupaten Lebak mempresentasikan hasil kajian yang telah dilakukan. “Kedekatan Jakarta sebagai enclave wisatawan baik nusantara maupun mancanegara sebenarnya menjadi peluang besar untuk menarik kunjungan,” tutur Nurdin.  Menurutnya pasar yang dibidik bisa dari berbagai segmen mengingat potensi alam dan juga budaya Lebak dengan Suku Baduy-nya serta lanskapnya menjadi ikon yang bisa ditonjolkan. Berdasarkan hasil kajian, didapatkan 11 rekomendasi sebagai dasar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Lebak untuk menyusun rencana aksi yang bersifat implementatif.

Untuk tahap awal, Lanskap Citorek melalui Citorek Timur dan Citorek Sabrang, dan Lanskap Baduy melalui Lembah Barokah, Nayagati, dan Bojongmenteng akan menjadi mercusuar bagi pengembangan Ekowisata di Kabupaten Lebak. Nantinya keempat lanskap yang terdiri dari 12 desa ini diharapkan dapat menjadi calon model pengembangan desa-desa lainnya di Kabupaten Lebak.