Selasa, 25 Oktober 2016

Menggali produk rencana berbasis sosial-ekonomi (Desa Wisata Bedono dengan Konsep CBT)

A.  Pendahuluan
Pada awalnya, sesuai dengan sejarah perencanaan pembangunan, di mana ada konsep pengembangan wilayah yang dilaksanakan secara development from above, development from below dan selective spatial closure, agropolitan tidak memberikan hasil yang diinginkan dan sulit diimplementasikan, maka lahirlah konsep local economic development.

Konsep pengembangan ekonomi lokal berusaha memadukan konsep-konsep tersebut, dengan mengembangkan dan meningkatkan peran elemen-elemen endogenous development dalam kehidupan sosial ekonomi lokal dan melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah yang lebih luas (Ma’rif : 2000).

Teori Pengembangan Ekonomi Lokal pada intinya mengemukakan bagaimana mengembangkan perekonomian lokal dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki, sejauh mana industri tersebut menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan menumbuhkan perekonomian lokal serta bagaimana keberlanjutannya pada masa yang akan datang. Menurut Coffey and Polase dalam Blair (1985) proses berkembangnya perekonomian lokal pada dasarnya meliputi empat tahap : pertama, tumbuhnya kewiraswastaan (entrepreneurship) lokal ; kedua, lepas landasnya (take off) perusahaan-perusahaan lokal ; ketiga, berkembangnya perusahaan-perusahaan tersebut keluar lokalitas, dan keempat, terbentuknya suatu perekonomian wilayah yang mengakar pada kegiatan dan inisiatif lokal serta keunggulan-keunggulan komparatif aktifitas ekonomi lokal tersebut.




Desa Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang memiliki potensi wisata mangrove dan wisata religi, dengan adanya komunitas mangrove bahari dan komunitas nelayan Monosari yang sangat potensial dalam pengembangan berbasis masyarakat. Community Based Tourism merupakan konsep untuk mengelola dan mengembangkan daerahnya sendiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan keberlanjutan kebudayaan lokal dan sumberdaya alam. Konsep CBT juga merupakan implementasi ekonomi kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksankan dan dinikmati oleh masyarakat sendiri.


1.    Penerapan konsep Community Based Tourism (CBT) dalam perencanaan desa bedono.
a.    Kegiatan pariwisata yang mendukung konsep CBT :
·      Penjelajahan (Adventure Travel);
·      Wisata Budaya (Cultural Tourism);
·      Ekowisata (Ecotourism).
b.   Penerapan prinsip-prinsip dasar CBT :
·      Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata.
·      Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek.
·      Mengembangkan kebanggaan komunitas.
·      Mengembangkan kualitas hidup komunitas.
·      Menjamin keberlanjutan lingkungan.
·      Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal.
·      Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada komunitas.
·      Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia.
·      Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas.
·      Berperan dalam menentukan prosentase pendapatan (pendistribusian pendapatan) dalam proyek yang ada di komunitas.
c.    Aspek utama pengembangan CBT :
·  Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata, timbulnya pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata;
· Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki -laki perempuan, generasi muda dan tua, membangun penguatan organisasi komunitas;
·   Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk menghormati budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya, budaya pembangunan melekat erat dalam budaya lokal;
· Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area, mengatur pembuangan sampah, meningkatkan keperdulian akan perlunya konservasi;
·    Dimensi politik, dengan indikator: meningkatkan partisipasi dari penduduk lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak da-lam pengelolaan SDA.

2.    Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam perencanaan desa bedono.
a)   Faktor Pendukung
1)   Daya Tarik Wisata :
-       Makam Syeikh Abdullah Mudzakir;
Komplek makam ini dikenal sebagai salah satu obyek ziarah di Jawa Tengah di Kabupaten Demak. 
-       Wisata Mangrove;
Hutan mangrove sangat banyak memiliki manfaat salah satunya adalah pencegah abrasi, peghasil oksigen, dan tempat tinggal tumbuhan serta hewan kecil.
-       Pulau Burung;
Sebelum mencapai lokasi Makam Syeikh Abdullah Mudzakir ada kawasan konservasi burung yang didominasi oleh Avicennia digarda depan dimana orang-orang menyebutnya pulau burung. 
-       Pantai Morosari;
Terdapat berbagai fasilitas wahana permainan yang layak untuk dicoba. Selain itu, kita juga bisa bermain air atau pasir bersama keluarga dan menikmati indahnya sunset atau matahari tenggelam.
-       Wisata Kuliner (Brayo);
Dua buah jajanan khas mangrove yang umum ditemukan di Desa Bedono ini dan masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Brayo.

2)   Aktivitas Sosial Budaya :
Desa Bedono merupakan desa yang mayoritasnya beragama Islam, sehingga norma agama dan budaya masih dijaga teguh oleh masyarakatnya. Ada adat shalawat dan doa bersama dipesisir pada bulan apit hitungan bulan hijriyah yang juga memiliki fungsi sebagai kegiatan sedekah desa. Organisasi kesenian seperti Qasidah dan Rebana banyak yang sudah tidak aktif lagi namun masyarakat desa masih menjaga interaksi sosialnya seperti rasa gotong royong, toleransi, dan peduli dengan sesamanya.

3)   Peraturan dan Kebijakan di kawasan Desa Bedono :
Dalam Perda Kabupaten Demak nomor 6 tahun 2011 pasal 65, pantai Mosari yang ada di Desa Bedono ditetapkan sebagai lokasi rencana pengembangan kawasan peruntukkan pariwisata alam. Menurut Rencana Strategis Bappeda Kabupaten Demak tahun 2011-2016, Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Wonoalam merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) 1 yang merupakan Pusat Pemerintahan Kabupaten, Perdagangan dan Jasa, Pertanian, Perikanan, Peternakan, Industri, Transportasi, dan Pariwisata karena telah didukung berkembangnya sarana dan prasarana seperti listrik, air bersih, gas, transportasi, dan telekomunikasi. Dalam RPJMD Demak tahun 2011-2016 terdapat rencana pengembangan wisata yang ada di Demak seperti Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata yaitu penyediaan sticker dan CD board di lokasi wisata, promosi wisata dengan pengadaan event dan Program Pengembangan Kemitraan yaitu Pembinaan Pemandu Wisata dan Pokdarwis.

b)   Faktor Penghambat
1)   Sumber Daya Manusia
Sumber daya  manusia  pada  Desa Bedono belum memiliki skill yang cukup dalam mengelola potensi wisata  yang adaPartisipasi masyarakat desa lebih cenderung bersifat pelaksana dan objek. Latar pendidikan masyarakat yang masih rendah menyebabkan pengelolaan wisata masih belum maksimal.
2)   Tingkat promosi
Promosi yang dilakukan oleh Desa Bedono masih belum maksimal, karena dilihat dari kesiapan masyarakat sendiri juga masih kurang.
3)   Infrastrukur
Kondisi infrastruktur jalan yang masih rusak membuat kenyamanan pengunjung dalam menuju lokasi wisata sedikit terganggu.

3.    Strategi Pengembangan Desa Wisata Bedono dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT).
1)   Melibatkan masyarakat di dalam pengembangan desa wisata mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi;
a.    Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan manajemen.
Dalam tahap ini Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan pengambil keputusan tentang pengembangan desa wisata berada di tangan masyarakat.
b.    Partisipasi dalam pelaksanaan dan evaluasi.
-  Penduduk sekitar menyediakan rumahnya sebagai tempat penginapan para pengunjung yang ingin bermalam di Desa Bedono.
-  Penyediaan lahan parkir kendaraan roda empat di Kantor Kepala Desa Bedono.
-  Masyarakat ikut berpatisipasi dalam penjualan berbagai usaha makanan dan minuman bagi para pengunjung, cinderamata, sebagai petugas penjaga parkir, dan juga sebagai pemandu di daerah wisata Desa Bedono.
Di dalam mengevaluasi program kegiatan yang berjalan masyarakat dapat dibantu oleh Pemerintah.

2)   Mengembangkan program desa wisata khas sesuai potensi alam dan budaya masyarakat;
Dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan keunggulan yang ada dan dimiliki oleh Desa Bedono sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai paket wisata yang menarik sehingga menarik pengunjung untuk datang dan menikmati.

3) Membentuk lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat;
Pembentukan kelompok sadar wisata didasari oleh kebutuhan akan lembaga/kelompok masyarakat sebagai pengelola wisata yang sebelumnya belum terbentuk di Desa Bedono.

4)   Melakukan promosi desa wisata Bedono berbasis masyarakat, diantaranya:
a.    Promosi Media Cetak
Promosi dengan cara ini dilakukan dengan cara membuat spanduk, banner, iklan di koran, majalah, buku, sticker, pamflet, flyer, dan lain sebagainya.
b.    Promosi Media Elektronik
Media elektronik sebagai salah satu cara untuk mempromosikan desa wisata Bedono yaitu dengan menggunakan televisi dan juga radio.
c.    Promosi Media Internet
Media internet yang digunakan adalah dengan membuat website.
d.   Promosi Media Lain
Dengan mengadakan atau menyelenggarakan acara atau pagelaran seni yang rutin diadakan dengan tujuan sebagai daya pikat kepada masyarakat yang datang.

5) Mebangun koordinasi antar Pemerintah dan juga kelompok masyarakat dengan peningkatan kapasitas lembaga desa wisata;
Peningkatan kapasitas kelembagaan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam hal waktu dan sumber daya yang dibutuhkan guna mencapai suatu tujuan, efektifitas, dan responsifitas dari kinerja.

6)   Pendampingan kepada masyarakat untuk mengawal proses;
Pemerintah Kabupaten Demak khususnya Dinas Pariwisata melakukan pendampingan kepada kelompok sadar wisata di Desa Bedono diperlukan untuk mengawal jalannya proses, karena di dalam penerapan desa wisata yang berbasis masyarakat tidak dapat dilakukan secara instan. Tentunya pendampingan ini bisa dengan memfasilitasi dan juga membina masyarakatnya sehingga bisa menjadi mandiri.

7) Peningkatan kemampuan SDM masyarakat Desa Bedono dengan mengadakan pelatihan terutama bidang pariwisata;
Diperlukan program pelatihan untuk peningkatan SDM masyarakat Desa Bedono seperti:
a.    Program pelayanan prima usaha pariwisata
b.    Program pelatihan dan peningkatan seni budaya lokal
c.    Program pengelolaan mangrove
d.   Program pelatihan pengembangan usaha desa wisata
e.    Program pelatihan pengelolaan desa wisata
f.     Program pemeliharaan ketentraman, ketertiban masyarakat, dan bencana alam

8)   Memberikan penyuluhan, pengarahan, dan penjelasan kepada masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata, tentang pentingnya pariwisata atau manfaat pembangunan pariwisata bagi upaya menunjang pembangunan perekonomian daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang bertempat tinggal di sekitar obyek wisata. Dengan penyuluhan ini nantinya akan meningkatnya pengetahuan perubahan perilaku dan masyarakat Desa Bedono tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan desa serta peningkatan kesadaran masayarakat akan kemajuan daerahnya dengan menjadikannya desa wisata.

4.    Kesimpulan
1)   Desa Bedono memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Potensi atraksi wisata alam seperti pantai dan ekosistem mangrove, serta makam Syeikh Abdullah Mudzakir yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemerintah desa untuk pembentukan desa wisata. Namun kesiapan SDM masyarakat masih perlu ditingkatkan dan perlunya dibentuk lembaga/organisasi masyarakat pendukung pariwisata seperti kelompok sadar wisata.
2)   Melalui desa wisata dengan dilibatkannya masyarakat sebagai pengelola bukan hanya bertujuan untuk hanya memberdayakan masyarakat desa tetapi dalam rangka untuk menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat dengan menjadikan desa sebagai tujuan wisata namun demi menjaga kelestarian ekosistem mangrove yang ada dan juga pelestarian nilai-nilai budaya religi yang berlaku di masyarakat.


Sumber :

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Demak No. 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Demak 2010-2031. Sekretaris Daerah. Demak.

UNAIR (Universitas Airlangga). 2015. Community Based Tourism (CBT) sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Community%20Based%20Tourism%20_CBT_.pdf

UNDIP (Universitas Diponegoro). 2014. Konsep Desa Wisata Hutan Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Jurnal Ruang Volume 2 Nomor 4. UNDIP. Semarang, Indonesia.


UNDIP (Universitas Diponegoro). 2015. Perencanaan Desa Wisata dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Jurnal Ruang Volume 1 Nomor 2. UNDIP. Semarang, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar