A. Pendahuluan
Pada
awalnya, sesuai dengan sejarah perencanaan pembangunan, di mana ada konsep
pengembangan wilayah yang dilaksanakan secara development from above, development
from below dan selective spatial
closure, agropolitan tidak memberikan hasil yang diinginkan dan sulit
diimplementasikan, maka lahirlah konsep local
economic development.
Konsep
pengembangan ekonomi lokal berusaha memadukan konsep-konsep tersebut, dengan
mengembangkan dan meningkatkan peran elemen-elemen endogenous development dalam kehidupan sosial ekonomi lokal dan
melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan
wilayah yang lebih luas (Ma’rif : 2000).
Teori Pengembangan Ekonomi
Lokal pada intinya mengemukakan bagaimana mengembangkan perekonomian lokal
dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki, sejauh mana industri
tersebut menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan menumbuhkan perekonomian
lokal serta bagaimana keberlanjutannya pada masa yang akan datang. Menurut
Coffey and Polase dalam Blair (1985) proses berkembangnya perekonomian lokal
pada dasarnya meliputi empat tahap : pertama, tumbuhnya kewiraswastaan (entrepreneurship) lokal ; kedua, lepas
landasnya (take off)
perusahaan-perusahaan lokal ; ketiga, berkembangnya perusahaan-perusahaan
tersebut keluar lokalitas, dan keempat, terbentuknya suatu perekonomian wilayah
yang mengakar pada kegiatan dan inisiatif lokal serta keunggulan-keunggulan
komparatif aktifitas ekonomi lokal tersebut.
Desa
Bedono merupakan salah satu desa di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang
memiliki potensi wisata mangrove dan wisata religi, dengan adanya komunitas
mangrove bahari dan komunitas nelayan Monosari yang sangat potensial dalam
pengembangan berbasis masyarakat. Community
Based Tourism merupakan konsep untuk mengelola dan mengembangkan daerahnya
sendiri untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan keberlanjutan
kebudayaan lokal dan sumberdaya alam. Konsep CBT juga merupakan implementasi
ekonomi kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksankan dan dinikmati oleh
masyarakat sendiri.
1.
Penerapan konsep Community
Based Tourism
(CBT) dalam perencanaan desa bedono.
a.
Kegiatan
pariwisata yang mendukung konsep CBT :
·
Penjelajahan (Adventure Travel);
·
Wisata Budaya (Cultural Tourism);
·
Ekowisata (Ecotourism).
b.
Penerapan
prinsip-prinsip dasar
CBT :
·
Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam
industri pariwisata.
·
Mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek.
·
Mengembangkan kebanggaan komunitas.
·
Mengembangkan kualitas hidup komunitas.
·
Menjamin keberlanjutan lingkungan.
·
Mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area lokal.
·
Membantu berkembangnya pembelajaran tentang pertukaran budaya pada
komunitas.
·
Menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia.
·
Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas.
·
Berperan dalam menentukan prosentase pendapatan (pendistribusian
pendapatan) dalam proyek yang ada di komunitas.
c.
Aspek
utama pengembangan CBT :
· Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa adanya dana untuk pengembangan
komunitas, terciptanya lapangan pekerjaan di sektor pariwisata, timbulnya
pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata;
· Dimensi sosial dengan indikator meningkatnya kualitas hidup, peningkatan
kebanggaan komunitas, pembagian peran yang adil antara laki -laki perempuan,
generasi muda dan tua, membangun penguatan organisasi komunitas;
· Dimensi budaya dengan indikator berupa mendorong masyarakat untuk menghormati
budaya yang berbeda, membantu berkembangnya pertukaran budaya, budaya
pembangunan melekat erat dalam budaya lokal;
· Dimensi lingkungan, dengan indikator mempelajari carryng capacity area, mengatur pembuangan sampah, meningkatkan
keperdulian akan perlunya konservasi;
· Dimensi politik, dengan indikator: meningkatkan partisipasi dari penduduk
lokal, peningkatan kekuasaan komunitas yang lebih luas, menjamin hak-hak da-lam
pengelolaan SDA.
2.
Faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam perencanaan desa bedono.
a)
Faktor Pendukung
1)
Daya Tarik Wisata :
-
Makam Syeikh Abdullah Mudzakir;
Komplek makam ini dikenal sebagai salah satu obyek
ziarah di Jawa Tengah di Kabupaten Demak.
-
Wisata Mangrove;
Hutan mangrove sangat banyak memiliki manfaat salah
satunya adalah pencegah abrasi, peghasil oksigen, dan tempat tinggal tumbuhan
serta hewan kecil.
-
Pulau Burung;
Sebelum mencapai lokasi Makam Syeikh Abdullah Mudzakir
ada kawasan konservasi burung yang didominasi oleh Avicennia digarda depan
dimana orang-orang menyebutnya pulau burung.
-
Pantai Morosari;
Terdapat berbagai fasilitas wahana permainan yang
layak untuk dicoba. Selain itu, kita juga bisa bermain air atau pasir bersama
keluarga dan menikmati indahnya sunset atau matahari tenggelam.
-
Wisata Kuliner (Brayo);
Dua buah jajanan khas mangrove yang umum ditemukan di
Desa Bedono ini dan masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Brayo.
2)
Aktivitas Sosial Budaya :
Desa Bedono merupakan desa yang mayoritasnya beragama
Islam, sehingga norma agama dan budaya masih dijaga teguh oleh masyarakatnya.
Ada adat shalawat dan doa bersama dipesisir pada bulan apit hitungan bulan
hijriyah yang juga memiliki fungsi sebagai kegiatan sedekah desa. Organisasi
kesenian seperti Qasidah dan Rebana banyak yang sudah tidak aktif lagi namun
masyarakat desa masih menjaga interaksi sosialnya seperti rasa gotong royong,
toleransi, dan peduli dengan sesamanya.
3)
Peraturan dan Kebijakan di kawasan
Desa Bedono :
Dalam Perda Kabupaten Demak nomor 6 tahun 2011 pasal
65, pantai Mosari yang ada di Desa Bedono ditetapkan sebagai lokasi rencana
pengembangan kawasan peruntukkan pariwisata alam. Menurut Rencana Strategis
Bappeda Kabupaten Demak tahun 2011-2016, Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan
Wonoalam merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) 1 yang
merupakan Pusat Pemerintahan Kabupaten, Perdagangan dan Jasa, Pertanian,
Perikanan, Peternakan, Industri, Transportasi, dan Pariwisata karena telah
didukung berkembangnya sarana dan prasarana seperti listrik, air bersih, gas,
transportasi, dan telekomunikasi. Dalam RPJMD Demak tahun 2011-2016 terdapat
rencana pengembangan wisata yang ada di Demak seperti Program Pengembangan
Pemasaran Pariwisata yaitu penyediaan sticker dan CD board di lokasi wisata,
promosi wisata dengan pengadaan event dan
Program Pengembangan Kemitraan yaitu Pembinaan Pemandu Wisata dan Pokdarwis.
b)
Faktor Penghambat
1)
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia pada Desa
Bedono
belum memiliki skill yang cukup dalam
mengelola potensi wisata yang
ada. Partisipasi masyarakat desa lebih
cenderung bersifat pelaksana dan objek. Latar pendidikan masyarakat yang masih
rendah menyebabkan pengelolaan wisata masih belum maksimal.
2)
Tingkat promosi
Promosi yang dilakukan oleh Desa Bedono masih belum
maksimal, karena dilihat dari kesiapan masyarakat sendiri juga masih kurang.
3) Infrastrukur
Kondisi infrastruktur jalan yang masih rusak membuat
kenyamanan pengunjung dalam menuju lokasi wisata sedikit terganggu.
3.
Strategi
Pengembangan Desa Wisata Bedono dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT).
1)
Melibatkan masyarakat di dalam pengembangan
desa wisata mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi;
a.
Partisipasi dalam pembuatan keputusan
dan manajemen.
Dalam tahap ini Pemerintah hanya berperan sebagai
fasilitator dan pengambil keputusan tentang pengembangan desa wisata berada di
tangan masyarakat.
b.
Partisipasi dalam pelaksanaan dan
evaluasi.
- Penduduk
sekitar menyediakan rumahnya sebagai tempat penginapan para pengunjung yang
ingin bermalam di Desa Bedono.
- Penyediaan
lahan parkir kendaraan roda empat di Kantor Kepala Desa Bedono.
- Masyarakat
ikut berpatisipasi dalam penjualan berbagai usaha makanan dan minuman bagi para
pengunjung, cinderamata, sebagai petugas penjaga parkir, dan juga sebagai
pemandu di daerah wisata Desa Bedono.
Di
dalam mengevaluasi program kegiatan yang berjalan masyarakat dapat dibantu oleh
Pemerintah.
2) Mengembangkan
program desa wisata khas sesuai potensi alam dan budaya masyarakat;
Dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan keunggulan yang
ada dan dimiliki oleh Desa Bedono sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai
paket wisata yang menarik sehingga menarik pengunjung untuk datang dan
menikmati.
3) Membentuk
lembaga atau organisasi masyarakat untuk pengelolaan desa wisata berbasis
masyarakat;
Pembentukan kelompok sadar wisata didasari oleh
kebutuhan akan lembaga/kelompok masyarakat sebagai pengelola wisata yang
sebelumnya belum terbentuk di Desa Bedono.
4) Melakukan
promosi desa wisata Bedono berbasis masyarakat, diantaranya:
a. Promosi
Media Cetak
Promosi dengan cara ini dilakukan dengan cara membuat spanduk,
banner, iklan di koran, majalah, buku, sticker,
pamflet, flyer, dan lain sebagainya.
b. Promosi
Media Elektronik
Media elektronik sebagai salah satu cara untuk
mempromosikan desa wisata Bedono yaitu dengan menggunakan televisi dan juga
radio.
c. Promosi
Media Internet
Media internet yang digunakan adalah dengan membuat website.
d. Promosi
Media Lain
Dengan mengadakan atau menyelenggarakan acara atau
pagelaran seni yang rutin diadakan dengan tujuan sebagai daya pikat kepada
masyarakat yang datang.
5) Mebangun
koordinasi antar Pemerintah dan juga kelompok masyarakat dengan peningkatan
kapasitas lembaga desa wisata;
Peningkatan kapasitas kelembagaan ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dalam hal waktu dan sumber daya yang dibutuhkan guna
mencapai suatu tujuan, efektifitas, dan responsifitas dari kinerja.
6) Pendampingan
kepada masyarakat untuk mengawal proses;
Pemerintah Kabupaten Demak khususnya Dinas Pariwisata
melakukan pendampingan kepada kelompok sadar wisata di Desa Bedono diperlukan
untuk mengawal jalannya proses, karena di dalam penerapan desa wisata yang
berbasis masyarakat tidak dapat dilakukan secara instan. Tentunya pendampingan
ini bisa dengan memfasilitasi dan juga membina masyarakatnya sehingga bisa
menjadi mandiri.
7) Peningkatan
kemampuan SDM masyarakat Desa Bedono dengan mengadakan pelatihan terutama
bidang pariwisata;
Diperlukan program pelatihan untuk peningkatan SDM
masyarakat Desa Bedono seperti:
a. Program
pelayanan prima usaha pariwisata
b. Program
pelatihan dan peningkatan seni budaya lokal
c. Program
pengelolaan mangrove
d. Program
pelatihan pengembangan usaha desa wisata
e. Program
pelatihan pengelolaan desa wisata
f. Program
pemeliharaan ketentraman, ketertiban masyarakat, dan bencana alam
8) Memberikan
penyuluhan, pengarahan, dan penjelasan kepada masyarakat, khususnya yang
bertempat tinggal di sekitar obyek wisata, tentang pentingnya pariwisata atau
manfaat pembangunan pariwisata bagi upaya menunjang pembangunan perekonomian
daerah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang bertempat
tinggal di sekitar obyek wisata. Dengan penyuluhan ini nantinya akan
meningkatnya pengetahuan perubahan perilaku dan masyarakat Desa Bedono tentang
bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan desa serta peningkatan kesadaran
masayarakat akan kemajuan daerahnya dengan menjadikannya desa wisata.
4.
Kesimpulan
1) Desa Bedono memiliki potensi
pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Potensi atraksi wisata
alam seperti pantai dan ekosistem mangrove, serta makam Syeikh Abdullah
Mudzakir yang didukung oleh komitmen yang tinggi dari pemerintah desa untuk
pembentukan desa wisata. Namun kesiapan SDM masyarakat masih perlu ditingkatkan
dan perlunya dibentuk lembaga/organisasi masyarakat pendukung pariwisata
seperti kelompok sadar wisata.
2) Melalui desa wisata dengan
dilibatkannya masyarakat sebagai pengelola bukan hanya bertujuan untuk hanya
memberdayakan masyarakat desa tetapi dalam rangka untuk menjaga keberlangsungan
ekonomi masyarakat dengan menjadikan desa sebagai tujuan wisata namun demi
menjaga kelestarian ekosistem mangrove yang ada dan juga pelestarian
nilai-nilai budaya religi yang berlaku di masyarakat.
Sumber :
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Demak No. 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Demak 2010-2031. Sekretaris Daerah. Demak.
UNAIR (Universitas Airlangga). 2015. Community Based Tourism (CBT)
sebagai Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Community%20Based%20Tourism%20_CBT_.pdf
UNDIP (Universitas Diponegoro). 2014. Konsep
Desa Wisata Hutan Mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Jurnal Ruang Volume 2 Nomor 4. UNDIP.
Semarang, Indonesia.
UNDIP (Universitas Diponegoro). 2015.
Perencanaan Desa Wisata dengan Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Jurnal Ruang Volume 1
Nomor 2. UNDIP. Semarang, Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar